mencoba membuat puisi sendiri walau ga begitu sesempurna pengarang ahli pembuat puisi,
tugas softskill bahasa Indonesia, membuat puisi sendiri bertema masa depan.
MERAIH MASA DEPAN
Langit biru menggelora
secercah harapan pun akan tiba
kini hanya tinggal usaha dan berdoa
untuk kehidupan masa depan yang bahagia
matahari tersenyum lebar
bulan purnama membawa kehidupan malam
kini tiba usaha untuk meraih masa depan
tak peduli siang malam ia lakukan
untuk mencapai masa depan yang ia idamkan.
Angga idhayana mimbar irw
maret,2014
Gambar Disamping dari GOOGLE
<---
Selasa, 11 Maret 2014
3. INDUKTIF
1. Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari
sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang
bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Generalisasi hanya akan
mempunyai makna yang penting, kalau kesimpulan yang diturunkan dari
sejumlah fenomena tadi bukan saja mencakup semua fenomena itu, tetapi
juga harus berlaku pada fenomena-fenomena lain yang sejenis yang belum
diselidiki. Generalisasi dapat dibedakan menjadi generalisasi yang
berbentuk loncatan induktif dan bukan loncatan induktif.- Loncatan induktif
2. Bukan loncatan induktif
Adalah sebuah generalisasi tidak mengandung loncatan induktif bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
2. Hipotese dan Teori
3. Analogi induktif
4. Hubungan kausal
SUMBER : http://aadanwde.wordpress.com/2012/04/21/berfikir-induktif-dan-deduktif-gorys-keraf/
2. DEDUKTIF
I.
Silogisme kategorial
adalah silogisme
yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung
silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis
mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang
termnya menjadi subjek). Yang
menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle
term). Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis
Mayor)
Akasia adalah tumbuhan
(premis minor).
Akasia membutuhkan air
(Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
· Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka
kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
∴ Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
- Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Sebagian pejabat korupsi (minor).
Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
- Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Bambang adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat
kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak
jujur (konklusi).
- Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
- Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
- Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Kerbau adalah
binatang.(premis 1)
Kambing
bukan kerbau.(premis 2)
Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan
pada premis 1 bersifat positif
- Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan itu bersinar di langit.(mayor)
Januari bersinar dilangit?
- Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
Kucing adalah binatang.(premis 1)
Domba adalah binatang.(premis 2)
Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya
II. Silogisme Hipotesis
Silogisme
yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional
hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya
membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga
menolak konsekuen.
Contoh
:
My
: Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn
: Air tidak ada.
K
: Jadi, Manusia akan kehausan.
My
: Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn
: Makhluk hidup itu mati.
K
: Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.
III. Silogisme Alternatif
Silogisme
yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya
membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang
lain.
Contoh
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung..
Contoh
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung..
SUMBER : http://yogaskusumah.blogspot.com/2011/02/penalaran-deduktif-silogisme-kategorial.html
http://nabella2326.blogspot.com/2012/04/silogisme-kategorial.html
Senin, 10 Maret 2014
1. PENALARAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi
– proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Macam-macam Penalaran, Penalaran ada
dua jenis yaitu :
1. Penalaran Induktif
Penalaran
induktif adalah penalaran yang memberlakukan atribut-atribut khusus untuk
hal-hal yang bersifat umum (Smart,1972:64). Penalaran ini lebih banyak berpijak
pada observasi inderawi atau empiri. Dengan kata lain penalaran induktif adalah
proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat individual nyata
menjadi kesimpulan yang bersifat umum.(Suriasumantri, 1985:46). Inilah alasan
eratnya kaitan antara logika induktif dengan istilah generalisasi.
s
Contoh :
Contoh :
-Harimau berdaun telinga berkembang
biak dengan melahirkan
-Ikan Paus berdaun telinga
berkembang biak dengan melahirkan
kesimpulan ---> Semua hewan yang
berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
2. Penalaran Deduktif
Penalaran
deduktif dibidani oleh filosof Yunani Aristoteles merupakan penalaran yang
beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan
yang bersifat khusus. Sang Bagawan Aristoteles (Van Dalen:6) menyatakan bahwa
penalaran deduktif adalah, ”A discourse in wich certain things being posited,
something else than what is posited necessarily follows from them”. pola
penalaran ini dikenal dengan pola silogisme. Pada penalaran deduktif menerapkan
hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Corak berpikir deduktif adalah silogisme
kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Dalam penalaran ini
tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Untuk penarikan
kesimpulannya dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penarikan
kesimpulan secara langsung diambil dari satu premis,sedangkan untuk penarikan
kesimpulan tidak langsung dari dua premis.
Contoh :
-Laptop adalah barang elektronik dan
membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
-DVD Player adalah barang elektronik
dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
kesimpulan ---> semua
barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
I. Proposisi
Proposisi
Adalah kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang hubungan antara dua
atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Dengan kata lain,
Proporsisi sebagai pernyataan yang didalamnya manusia mengakui atau mengingkari
sesuatu tentang sesuatu yang lain.
Proposisi adalah
pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan
kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk
subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kaliimat Tanya,kalimat
perintah, kalimat harapan , dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi .
Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi
kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi
kalimat berita yang netral.
II.
Inferensi dan implikasi
Metode
inferensi adalah mekanisme berfikir dan pola-pola penalaran yang digunakan oleh
sistem untuk mencapai suatu kesimpulan. Metode ini akan menganalisa masalah
tertentu dan selanjutnya akan mencari jawaban atau kesimpulan yang
terbaik. Penalaran dimulai dengan mencocokan kaidah-kaidah dalam basis
pengetahuan dengan fakta-fakta yang ada dalam basis data.
Ada
dua metode inferensi yang dapat digunakan, yaitu:
Forward
chaining merupakan metode inferensi yang melakukan penalaran dari suatu masalah
kepada solusinya. Jika klausa premis sesuai dengan situasi (bernilai TRUE),
maka proses akan menyatakan konklusi. Forward chaining adalah data-driven
karena inferensi dimulai dengan informasi yang tersedia dan baru konklusi
diperoleh. Jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang lebar dan tidak dalam,
maka gunakan forward chaining.
Fakta dapat ditulis :
1.
p → q
2.
r v s
3.
r → t
4.
~q
5.
u → v
6.
s → p
Inferensi yang dapat dilakukan
1.
p → q
3. r v s
___~q
__~s
~p
r
2.
s →
p
4. r → t
__~p
r___
Kesimpulan : Kacamata ada di meja tamu
Implikasi adalah pernyataan majemuk yg menggunakan kata hubung
“jika…maka…”disebut implikasi, pernyataan bersyarat, kondisional atau
hypothesical notasi.
Cara menguji data, fakta dan autoritas
III. WUJUD EVIDENSI
Evidensi
merupakan semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau
autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam
kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai
pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu
berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah
bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu
IV. Cara menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas
V. Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
1. Konsistensi
2. Koherensi
VI. Cara menguji autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
1. Tidak mengandung prasangka
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan prestise
4. Koherensi dengan kemajuan
Sumber : http//wikipedia.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://andini-andhini.blogspot.com/2013/04/pengertian-penalaran-dan-proposisi.html
http://nabella2326.blogspot.com/2012/03/wujud-evidensi.html
http://rachmawatinadya.blogspot.com/2011/10/pengertian-penalaran-dan-macam-macam.html
|
Langganan:
Postingan (Atom)